Politik

Dugaan Islamisasi di Sekolah Negeri Jogja, Doktor Bambang Noorsena Pantas Bersuara Keras.

Widodo SP 2 years ago 2.2k

Dr. Bambang Noorsena kembali menyuarakan keprihatinan terhadap dugaan kuat praktik "Islamisasi" yang terjadi di sebuah sekolah negeri di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Silakan cek akun YouTube berikut jika ingin melihat tayangan lengkap dari suara keprihatinan bernada protes dari beliau:

https://youtu.be/inndF8O8piE

Sekilas yang bisa saya rangkum setelah menonton tayangan itu sampai tuntas berisi informasi sebagai berikut:


Dimulai dari pengakuan Dr. Bambang bahwa beliau mendapat kiriman video yang diduga kuat belum lama ini terjadi, karena melibatkan seorang murid baru setingkat SMA sekolah negeri di Yogyakarta, tanpa menyebut nama.

Anak ini yang berlatarbelakang seorang kristiani, tampak direkam saat sedang di-Islam-kan oleh seseorang (tampaknya guru sekolah) dengan mengucapkan kalimat syahadat sebagai syarat utama masuk Islam, yang disaksikan oleh teman-teman sekolahnya, lantas kegiatan itu direkam.

Anak ini berasal dari keluarga yang orangtuanya berkeyakinan kristiani (katolik) dan masa kecilnya sempat terlibat dalam kegiatan Sekolah Minggu, lali tercatat sebagai anggota gereja di salah satu gereja Jawa di Yogyakarta.


Dilakukannya praktik Islamisasi tanpa menyampaikan kepada orangtua siswa (padahal siswa boleh dibilang masih di bawah umur 17 tahun) yang dilakukan oleh oknum pendidik dengan TKP ada di sekolah negeri yang notabene dibiayai pemerintah inilah yang coba dilawan lewat pernyataan Dr. Bambang Noorsena.

Beliau menjelaskan pula bagaimana para founding fathers negeri ini berupaya memastikan sejak awal agar urusan agama dan negara bisa dipisahkan, supaya kelak tidak terjadi praktik semacam ini terhadap siapapun.

Perkataan Bung Karno agar perkara agama dikembalikan pada singgasana hati nurani, juga dipakai sebagai penutup tayangan ini, yang menegaskan bahwa sejak awal sosok RI-1 juga tak mau agar praktik keagamaan ini kebablasan, karena bisa merusak relasi dan kepercayaan antarumat beragama di Indonesia.


Saya kok yakin bahwa praktik semacam ini juga mungkin sekali terjadi di banyak lokasi, yang juga terjadi di sekolah-sekolah negeri ya? Praktik yang sesungguhnya sangat mungkin mencederai kepercayaan orangtua dari kalangan non-Muslim yang dapat semakin antipati dan takut menyekolahkan anaknya di sekolah negeri.

Wong adanya fakta penggunaan seragam yang mengarah pada keyakinan tertentu saja sudah meresahkan, kok masih ditambah tersebarnya tayangan dugaan Islamisasi, yang mungkin sekali dijadikan semacam contoh bagi pihak lain yang merasa bahwa praktik begini diperbolehkan, selama tidak dilakukan oleh pihak minoritas karena akan ramai se-Indonesia, bahkan demo berjilid-jilid nggak tahu kapan selesainya.

Bisakah kali ini Sultan HB X bersikap tegas juga karena menyangkut siswa yang tidak berkeyakinan sama dengan beliau?

Begitulah kura-kura...