Politik

Demokrat Terpaksa Dukung Anies, Kasihan AHY Masa Depanya dan Partainya Semakin Suram.

Fery Padli a year ago 1.3k

Sama seperti NasDem, Partai Demokrat akhirnya resmi mendukung Anies sebagai bakal Capres 2024.

Tentu ini menjadi kabar baik bagi kader Demokrat yang juga mendukung Anies, seperti Cipta Panca Laksana, Rachland Nashidik, Andi Arief, dll. Tapi ini sekaligus menjadi kabar buruk bagi kader dan simpatisan partai itu yang tidak setuju partainya mengusung eks Gubernur 212 tersebut.

Lihat saja nanti, siapa saja kader yang mengundurkan diri pasca Partai Demokrat mengusung Capres yang dekat dengan kelompok yang suka mikir terbalik FPI itu.

Bukankah NasDem pernah ditinggalkan oleh banyak kadernya pasca mengusung Anies? Mulai dari Niluh Djelantik, Anak Agung Ngurah Panji Astika, Fredriek Lumalente, dll.

Termasuk mantan Cawapres Amien Rais di Pemilu 2004 lalu dan juga mantan Menteri Transmigrasi era Soeharto, Siswono Yudo Husodo turut mengundurkan diri dari NasDem. Serta eks Menteri Perdangangan Enggartiasto Lukita juga keluar dari partai eks Ormas tersebut pasca mengusung mantan gubernur tata kata.

Nah lucunya, sebelum Partai Demokrat ini resmi mengusung Anies, ada banyak drama lho yang mereka buat.

Pertama, terus memaksakan AHY sebagai Cawapres Anies.

Kedua, berusaha meyakinkan PKS dan NasDem agar mau mengusung Anies-AHY dengan pamer hasil survei.

Seperti hasil survei Voxpol yang menyebut elektabilitas Anies akan lebih tinggi lagi jika dia disandingkan dengan AHY. Yang mana hasil survei ini dikatakan oleh kader Demokrat Herman Khaeron, pasangan Anies-AHY adalah sebagai bentuk keinginan dari masyarakat.

Asik. Hehehe

Dan ketiga, ini yang paling lucu. Partai Demokrat mengatakan AHY lebih baik dari Khofifah sebagai Cawapres Anies.

Lebih baik darimananya bro?

Khofifah pernah jadi menteri dua kali, AHY tidak. Khofifah pernah jadi anggota DPR sedangkan AHY tidak. Dan Khofifah juga pernah jadi gubernur, sementara AHY belum.

Pernah sih suami Annisa Pohan itu nyalong Gubernur DKI, namun gagal.

Hal inilah yang kemudian membuat NasDem tidak terpengaruh sama sekali oleh drama yang dilakukan Partai Demokrat tersebut.

Justru yang mereka lakukan adalah sebaliknya, marah. Karena didesak-desak terus agar mau mengusung AHY sebagai Cawapres.

Dengan nada lantang dan bikin nyesek hati AHY, NasDem kemudian menyatakan lagi melirik Khofifah untuk jadi Cawapres Anies. Alasannya pun cukup realistis yakni Khofifah punya pengalaman sebagai gubernur dan punya basis massa yang banyak.

Jadi jelas, dengan NasDem menyatakan alasan berniat mengusung Khofifah tersebut, secara tidak langsung kita jadi tahu alasannya kenapa menolak AHY sebagai Cawapres yakni tidak punya pengalaman di penerintahan dan tidak punya basis massa yang cukup.

Lha wong di Pilgub DKI saja dia kalah kok. Bagaimana mau punya basis massa yang solid?

Padahal jelas tujuan NasDem mengusung Anies itu kan mau mendapatkan suara dari kalangan Kadrun dan kawan-kawan. Bukan untuk memajukan bangsa ini. NasDem paham betul kalau Anies tidak bisa bekerja. Tapi demi mendapatkan coattail effect, gak peduli mereka sama rekam jejak Capres yang diusung.

Kembali Partai Demokrat tadi. Mirisnya, meskipun NasDem jelas-jelas menolak AHY sebagai Cawapres Anies tapi tetap saja partai itu mendukung Anies. Ini menjadi bukti kalau Partai Demokrat memang tidak memiliki posisi tawar yang tinggi.

Surya Paloh tahu kok bagaimana posisi partai berlambang bintang Mercy tersebut saat ini. Tidak ada pilihan lain selain mendukung Anies.

Mau gabung ke koalisi pengusung pemerintah, jelas-jelas sudah ditolak oleh PDIP duluan. Partai pemenang Pemilu 2014 dan 2019 itu dengan tegas mengatakan tidak akan berkoalisi dengan Partai Demokrat pada Pemilu 2024 mendatang.

Dan Partai Demokrat mau jadi partai penyeimbang gak bisa. Karena ada aturannya, setiap partai wajib mengusung salah satu paslon Capres/Cawapres. Kalau tidak, maka akan diberi sanksi oleh KPU tidak boleh ikut Pemilu berikutnya.

Jadi, meski diusir sekali pun dari Koalisi Perubahan, Partai Demokrat akan tetap ngemis untuk ngusung Anies. Daripada gak bisa ikut Pemilu 2029.

-o0o-

Artinya apa? Dengan AHY gagal jadi Cawapres ini, masa depannya sebagai politisi semakin suram.

Kenapa demikian? Karena belum apa-apa sudah ditolak sana-sini oleh Parpol lain. Bagaimana mau berkembang?

Dan ini bukan kali pertama lho AHY ditolak jadi Cawapres. Pada Pilpres 2019 lalu ia juga pernah ditolak oleh Prabowo untuk mendampinginya.

Ujung-ujungnya, masa depan Partai Demokrat juga ikutan jadi suram.

Kenapa?

Karena partai ini kan perolehan suaranya selalu turun dari Pemilu ke Pemilu. Satu-satunya cara untuk meningkatkan perolehan suara Partai Demokrat adalah dengan mendapatkan coattail effect. Sedangkan AHY nyalon Wapres saja gagal, tentu tidak akan dapat efek ekor jas itu pada Pemilu 2024 mendatang.

-o0o-

Dan ditunjuknya AHY jadik Ketum Partai Demokrat ini sepertinya memang strategi. Strategi untuk menjawab ketika nanti Partai Demokrat jadi gurem benaran. Mereka (SBY dkk) punya alasan (kenapa Partai Demokrat jadi gurem) yakni harap maklum, ketua umumnya kan belum berpengalaman.