Sempat kepikiran bila Partai Demokrat sudah berubah. Buah dari dicuekin Surya Paloh dengan Partai NasDem dan Anies-nya, memang terisyaratkan bahwa Partai Demokrat seperti akan mengubah cara mainnya. Berubah dari sok penting menjadi biasa-biasa saja sesuai dengan kapasitasnya.
Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menyatakan bahwa partainya tidak akan mewajibkan syarat kursi cawapres bagi Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam menjajaki koalisi baru menuju Pilpres 2024 mendatang. Nah, bukankah penyataan dari Partai Demokrat tersebut sebagai sesuatu kebaruan. Iya, mengingat akibat dari kengototannya untuk mencawapreskan AHY, diketahui Partai NasDem dan sepertinya akan segera diikuti PKS, telah meninggalkan mereka.
Namun agaknya tidak serta-merta perubahan sikap politik Partai Demokrat itu berlaku secara keseluruhan. Ternyata masih ada ngehe-ngehe-nya juga. Saat ini konsentrasinya mereka adalah berusaha bergabung ke koalisi yang sudah ada, namun ngehe-nya adalah mereka minta bisa duduk bersama, sejajar, dan setara.
Yaelah….., sudah 'diayam-ayami' Surya Paloh dengan Partai NasDem dan Anies-nya, tapi kok ya belum ngaca juga?? Prihatin bener….
Partai Demokrat kok ya tidak sadar-sadar juga. Mereka seharusnya kan paham betapa sulitnya memulai membangun koalisi, menyatukan visi, dan bagaimana harus meyakinkan para calon rekan kerjasamanya itu? Bukankah mereka sudah mengalami semua itu dan bahkan kemudian berakhir menyakitkan?? Lha ini kok enak, datang-datang ujug-ujug ingin dianggap setara!!...
Mereka seharusnya sadar bahwa rekam jejaknya dalam membangun koalisi bukanlah hal yang bagus-bagus amat. Pada Pilpres 2014 mereka memilih untuk tidak bekerjasama dengan pengusung calon presiden manapun. Pada Pilkada DKI Jakarta 2017, mereka secara terlalu percaya diri mengusung AHY yang masih amatiran. Sementara pada Pilpres 2019, walaupun mereka kemudian menjatuhkan pilihan pada kubu pendukung capres Prabowo Subianto, namun pada aksinya ternyata tidak terlihat 100 persen dalam menunjukkan dukungannya. Mereka melakukannya dengan setengah hati.
Nah, menjelang Pilpres 2024 mendatang, menurut tafsir dari berbagai kode-kode, tampaknya Partai Demokrat lebih condong ke Ganjar Pranowo. Untuk itu, akan lebih baik bila Partai Demokrat lebih mementingkan untuk tidak melakukan banyak permintaan terlebih dahulu, namun alangkah lebih masuk akal bila mereka memperlihatkan kesungguhannya dalam mendukung dan mengusahakan kemenangan bagi Ganjar Pranowo. Entah dengan cara apa, sebaiknya mereka meyakinkan segenap pendukung Ganjar Pranowo yang biasanya adalah pemilih Pak Jokowi, di mana sebelumnya Demokrat begitu spartan menyerang jalannya pemerintahan Presiden Jokowi. Mereka harus lebih dahulu menunjukkan keberpihakannya pada keberlanjutan pembangunan yang telah Presiden Jokowi lakukan.
Hmmm, itu baru salah satunya…..