Politik

Connie & Kubu Ganjar Peringatkan : Gibran Bikin Jokowi Terancam People Power!.

Ninanoor 25 days ago 3.0k

Istilah “People Power” itu paling banyak dipopulerkan oleh Amien Rais. Amien Rais menyebut people power pada tahun 2019 silam. Waktu itu dimaksudkan sebagai sebuah bentuk perlawanan, jika kubu Prabowo menemukan bukti kecurangan pemilu secara sistematik, terukur dan masif Sumber. Partai Gerindra waktu itu juga menyatakan dukungannya terhadap seruan people power dari Amien Rais Sumber. Kubu Prabowo memang paling banyak bicara soal dugaan kecurangan, sampai keluar pernyataan, bahwa hanya kecurangan yang bisa mengalahkan Prabowo Sumber.

Jadi people power yang diserukan oleh Amien Rais itu merupakan upaya memanas-manasi para pendukung Prabowo di seluruh Indonesia. Agar mereka bergerak, berdemo, jika Prabowo dinyatakan kalah dalam pilpres. Dan benar saja ya. Begitu KPU menetapkan bahwa Jokowi sebagai pemenang Pilpres 2019, massa pro-Prabowo langsung menggelar aksi demo di depan gedung Bawaslu. Mereka menyimpulkan bahwa pemilu berlangsung curang. Tentu saja maunya mereka Prabowo lah yang menang Sumber. Tentu saja aksi massa di depan gedung Bawaslu sama sekali tidak mencerminkan people power, seperti yang diinginkan oleh Amien Rais. Karena yang beraksi hanya sedikit, dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Mayoritas rakyat kan menerima hasil pemilu. Keributan massa hanya terjadi di Jakarta. Dan semuanya berakhir ketika akhirnya Prabowo bergabung ke dalam pemerintahan Presiden Jokowi.

Sesudah itu masih ada aksi-aksi kecil, dari gerombolan itu itu juga. Hingga pada pertengahan tahun ini, kembali Amien Rais menyerukan people power. Kalau yang ini sih bisa jadi berhubungan dengan situasi menjelang Pilpres 2024. Pada bulan Juni lalu, di Solo, Amien Rais dan teman-temannya menyerukan gerakan people power. Disertai dengan seruan jihad yang disebut konstitusional. Tujuannya ya sama, melengserkan Presiden Jokowi Sumber. Seruan itu kemudian disusul dengan aksi demo massa di Jakarta dan Solo pada awal bulan Juli lalu. Yang sangat sepi pesertanya Sumber. Yang awalnya katanya bakal diikuti oleh ribuan orang, tapi akhirnya hanya diikuti oleh segelintir orang saja.

Waktu itu kepemimpinan Presiden Jokowi sedang berada di puncak kemegahan. Karena memang sangat susah untuk menemukan kesalahan seorang Jokowi. Waktu itu kan masih lurus-lurus aja ya. Di depan para relawan Pak Jokowi sempat menyebut soal pemimpin yang berambut putih. Lalu pada bulan Aprilnya, Pak Jokowi menghadiri pengumuman resmi PDIP mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres. Hingga akhirnya pada akhir September kita menyaksikan sebuah momen istimewa di Rakernas PDIP, yakni ketika Pak Jokowi membisiki Ganjar, soal habis dilantik besoknya kerja mengurus kedaulatan pangan. Momen yang diartikan sebagai kode keras dukungan Jokowi terhadap Ganjar.

Tidak ada yang menyangka bahwa yang terjadi di balik layar, justru sebaliknya. Tidak ada yang menyangka bahwa spanduk yang dibawa oleh mereka yang menyebut dirinya aksi people power sesuai dengan seruan Amien Rais pada bulan Juni itu, justru makin tampak kebenarannya. Ini ya spanduknya.

Bertuliskan “KKN Ganas Di Era Jokowi”. Bahkan Presiden Jokowi, Gibran dan Kaesang sampai dilaporkan oleh sekelompok pengacara ke KPK, dengan tuduhan dugaan kolusi dan nepotisme Sumber. Seandainya laporan ke KPK ini terjadi di bulan Juni lalu, mungkin kita akan menertawakannya. Karena jadi mirip dengan soal tuduhan ijazah palsu terhadap Pak Jokowi. Tapi dengan semua yang terjadi, semua yang sudah terungkap oleh media, termasuk persidangan Majelis Kehormatan MK dan berbagai fakta yang terungkap. Gak ada yang menertawakan laporan ke KPK itu. Gak ada yang memprotes. Bahkan makin ke sini kan malah makin banyak pertanyaan dan kecurigaan terhadap Presiden Jokowi dan keluarga. Makin banyak bocoran.

Terakhir ini kan di sebuah podcast di Youtube, Andi Widjajanto, mantan Gubernur Lemhanas yang sekarang bergabung di tim Ganjar – Mahfud, sempat bercerita soal laporannya kepada Presiden Jokowi. Ketika dia masih menjabat di Lemhanas, Andi memberikan laporan pada Presiden Jokowi, bahwa 88 persen mayoritas rakyat menolak isu dinasti politik dan Gibran Sumber. Jadi Pak Jokowi sudah tahu bahwa mayoritas rakyat menolak Gibran. Nahh, kenapa Gibran tetap lanjut jadi cawapres Prabowo dan direstui oleh Pak Jokowi, itu kan jadi bisa diartikan oleh publik sebagai sebuah pemaksaan ambisi. Entah untuk menggantikan 3 periode yang dulu ditolak oleh PDIP atau memang demi ambisi sang anak.

Saya sempat menonton podcast yang ada Andi Widjajanto ini ya, di channel sebelah. Satu hal terpenting yang dia sebutkan adalah bahwa nanti dilihat saja visi dan misi pasangan Prabowo-Gibran. Kalau memang sama atau serupa dengan prinsip ideologis yang dianut oleh PDIP, maka bisa dipertanyakan, kenapa Pak Jokowi dan Gibran ke sana? Maksudnya kenapa ke kubu Prabowo? Kan sama saja dengan apa yang dibawa oleh Ganjar-Mahfud. Kenapa mengusung nilai-nilai yang diusung oleh PDIP tapi mendukung dan maju di kubu yang berlawanan dengan PDIP? Ini pertanyaan yang sangat logis. Yang pada akhirnya bakal membuktikan sebesar apa ambisi pribadi Pak Jokowi dan Gibran dalam Pilpres 2024.

Kita kembali ke soal people power. Amien Rais pasti lagi hepi melihat kondisi saat ini. Di mana Presiden Jokowi dan keluarganya makin terpojok oleh tuduhan dinasti politik, tanpa punya argumen kuat untuk mendebatnya. Mau mendebat gimana? Dalam sejarah presiden-presiden RI gak ada terjadi anak presiden maju dalam pilpres ketika bapaknya masih berkuasa. Lucunya ya, kubu Prabowo mencoba berargumen dengan menyamakan karir politik Ibu Megawati dengan Gibran Sumber. Hehehe... Coba ya baca sejarah yang bener. Ketika Bung Karno jadi Presiden RI, anak-anaknya masih kecil-kecil. Sedangkan Ibu Mega jadi presiden itu atas usaha sendiri, sesuai dengan aturan yang ada. Gak ada pamannya Ibu Mega di MK, yang mengubah aturan agar Ibu Mega bisa nyapres. Hedeeehhhh... Gimana ini kubu Prabowo? Punya tim kampanye kok gak tahu sejarah sih? Dan malah berusaha membodoh-bodohi rakyat. Gak bahaya tha?

Kembali ke Amien Rais. Gimana gak hepi beliau ini. Apa yang dulu dikatakannya soal Pak Jokowi, yang selalu kita hujat balik ya, ternyata malah mendekati kebenaran. Saat ini, suara Amien Rais sudah susah untuk didebat. Misalnya Amien Rais bilang bahwa jangan mentang-mentang jadi presiden, kemudian Jokowi lupa daratan Sumber. Amien Rais juga ingin membubarkan MK Sumber. Kata Amien Rais, dulu Ketua MK, Anwar Usman katanya takut Tuhan, ternyata takutnya pada iparnya alias Pak Jokowi Sumber. Kemudian Amien Rais juga menyebut Gibran sebagai anak ingusan yang nggak tahu apa-apa, yang berusaha melebihi Prabowo, ketika Gibran bilang, “Pak Prabowo, jangan khawatir, saya ada di sini” Sumber. Kalau Amien Rais sekarang menyebut Pak Jokowi sebagai Firaun, gimana cara mendebatnya? Siapa yang mau mendebat Amien Rais, wong dia pendukung Prabowo kan. Sedangkan di kubu Ganjar, kita berusaha realistis aja. Apa yang dikatakan oleh Amien Rais memang ada benarnya kan?

Bahwa Pak Jokowi itu merestui Gibran jadi cawapres Prabowo. Itu kan fakta. Bahwa dipastikan oleh Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, bahwa Pak Jokowi mendukung Prabowo-Gibran Sumber. Ini juga fakta kok. Bahwa Gibran menyebut Jawa Tengah sebagai medan tempur yang akan dia taklukkan, melawan PDIP Sumber. Ini juga fakta ya. No debat ya.

Nahh.. Ketika apa yang dikatakan oleh Amien Rais sudah sulit untuk dibantah, di sana terdapat lirikan dari people power yang sebenarnya. Seorang pengamat militer dan pertahanan, Ibu Connie Rahakundini, ternyata turut merasakan hal yang sama dengan Amien Rais. Ini aneh tapi nyata ya. Karena mereka berdua ini kan berasal dari poros yang berbeda. Tapi satu hal yang sama, bahwa mereka merasakan omongan Gibran di depan Prabowo, itu yang bilang “Pak Prabowo, jangan khawatir, saya ada di sini”, itu gak pantes diucapkan oleh Gibran kepada Prabowo. Menurut Connie, omongan Gibran itu membuktikan ada yang salah dengan kondisi saat ini. Sehingga ibu Connie ini memperingatkan Presiden Jokowi soal kemarahan rakyat yang bisa memuncak, dan akan mengulang sejarah tahun 1998 Sumber. People power yang sebenarnya ya.

Ibu Connie ini bukan kadrun maupun kampret ya. Beliau pengamat dan analis yang biasanya mendukung langkah-langkah Presiden Jokowi. Namun, dalam sebuah video yang cukup viral di medsos, Connie mengkritik pelanggaran etika yang dipertontonkan oleh Pak Jokowi, dan kemudian mengusulkan agar Presiden Jokowi mundur saja, supaya people power yang dikhawatirkan itu tidak terjadi Sumber.

Sementara itu, di DPR mulai bergulir wacana usulan hak angket untuk mengusut putusan MK, yang diprakarsai oleh anggota DPR RI dari Fraksi PDIP Sumber. Seorang Hakim MK, Manahan Sitompul, juga mempersilakan DPR menggunakan hak angket itu, sesuai dengan prosedur yang ada Sumber. Jika hasil sidang Majelis Kehormatan MK menemukan ada cawe-cawe Presiden Jokowi di balik putusan MK, dan kemudian ditindaklanjuti DPR dengan hak angket, maka arahnya bisa menuju pemakzulan terhadap Presiden Jokowi. Ini dijelaskan oleh seorang anggota DPR RI yang bernama Syaifullah Tamliha Sumber. Padahal kan kita semua tahu ya, Ketua MK Anwar Usman saja tidak mau mundur dari jabatannya, dengan menyebut bahwa jabatan itu milih Allah Sumber. Dengan begini kan makin terasa ya, ada cawe-cawe yang melanggar konstitusi, di mana 3 orang yang berhubungan keluarga ini merasa jadi pemilik negara ini. Sehingga mereka tidak punya lagi kesadaran untuk menegakkan kebenaran. Tanggung jawab moralnya sudah terkikis oleh ambisi pribadi.

Soal people power ini juga diperingatkan oleh Pak Ganjar Pranowo. Menyusul pencopotan baliho Ganjar-Mahfud dan bendera-bendera PDIP di Bali, Ganjar menyebut bahwa banyak warga Bali bersimpati pada kubu Ganjar. Sehingga ada warga yang tidak mau keluar rumah menyambut kedatangan Pak Jokowi di sana. Mereka memilih untuk tidak keluar rumah, walaupun sudah diminta untuk turut menyambut kedatangan presiden Sumber. Ini bahasa kalbunya rakyat ya. Yang membuat Ganjar terharu. Dengan kata lain, Ganjar memperingatkan Pak Jokowi untuk mendengar suara hati rakyat. Kalau gak didengar ya bisa saja lama-lama ada eskalasi menuju aksi people power, ya kan?

Sedangkan Puan Maharani menyinggung soal Orde Baru Reborn. Lahirnya kembali Orde Baru. Puan menyatakan tidak berharap hal itu bisa terjadi. Dia berharap pemilu berjalan dengan aman, damai dan adanya netralitas aparat yang berjalan dengan baik. Puan berharap, dan juga jadi harapan kita bersama ya, bahwa Indonesia bisa dipimpin oleh orang yang betul-betul memang dipilih rakyat. Sehingga Indonesia jadi lebih unggul, jadi negara yang mempunyai martabat dan harga diri di dunia internasional Sumber.

Itu kan isinya sentilan semua. Ketika konstitusi dipaksa untuk menerima ambisi pribadi, maka kita semua berjalan mundur ke masa Orba. Di mana sebuah keluarga bisa berkuasa hingga 30 tahun lebih. Kalaupun di pilpres kalah, kan nanti bisa digugat di MK. Di sana ada paman, yang bisa memastikan gugatan menang. Jangan khawatir kan? Sudah ada Gibran di kubu Prabowo, seakan menjamin kemenangan Prabowo, bagaimana pun caranya. Tidak peduli bahwa di dunia internasional, martabat dan harga diri Indonesia sedang tercoreng. Begitu banyak media internasional yang mengkritisi dinasti politik yang sedang dibangun oleh Jokowi Sumber.

Persepsi dunia sudah berbeda terhadap Presiden Jokowi. Apalagi di dalam negeri. Rakyat itu bukan orang-orang yang bodoh ya. Rakyat sudah cerdas. Sudah bisa menilai sendiri. Saya dengar dari podcast Andi Widjajanto bahwa para aktivis 98 pun sudah mulai berkumpul dan berdiskusi. Seakan mempersiapkan diri, jika meletus aksi people power seperti tahun 98. Kita berharap itu tidak sampai terjadi ya. Kita juga berharap agar para elit politik, para bapak dan ibu bangsa, para pejabat senior yang masih punya hati nurani, berupaya keras agar negara ini tetap aman, kondusif, tertib dan damai. Begitu ya teman-teman semua. Kura-kura memang juara!

Tulisan sebelumnya: Kaesang Keceplosan, Ketua MK Berbohong, Gibran Gagal Jadi Cawapres?

Tulisan-tulisan saya yang lain bisa dibaca di sini : Ninanoor

Credit foto : gesuri.id