Politik

Cengkeraman Bandar Politik.

T.A Nugroho 6 months ago 560.0

“Hanya orang yang tahu, mengerti dan paham betul tentang hukum yang bisa mengakali, mangangkangi dan mempermainkan hukum.”

Menyedihkan adalah kata yang bisa menggambarkan perasaan setiap warga negara saat ini, dimana hukum diakali, dikangkangi, dan dipermainkan sebegitu mudahnya hanya demi sebuah syahwat kekuasaan.

Miris melihat kenyataan sekarang ini, orang yang dulu saya dukung hingga saya kehilangan pekerjaan, yang dulu saya harapkan kontribusinya bagi bangsa dan negara ternyata di akhir masa kepemimpinannya bisa berubah drastis menjadi sangat oportunis, licik dan culas. Memang benar bahwa dalam politik kita tidak boleh membenci sepenuhnya ataupun percaya sepenuhnya, kita harus menyisakan ruang-ruang kosong yang netral untuk mengisi kemungkinan sebaliknya.

Terima kasih Pak, atas tindakan anda akhirnya saya bisa lebih paham tentang politik. Tetapi kenapa harus di akhir-akhir masa jabatan baru anda berubah? ataukah sebetulnya memang anda dari dulu seperti itu?

Saya tidak bisa lagi membayangkan bagaimana perasaan IBU, seseorang yang dari awal karir politik anda sangat mendukung anda dan keluarga anda, tapi pada akhirnya anda tinggalkan begitu saja. Rumah yang dulu anda pernah dibesarkan disitu, sekarang ketika anda sudah berkuasa dan berjaya rumah itu anda gusur perlahan-lahan, demi sebuah proyek politik keluarga anda.

Tetapi akhirnya saya yakin bahwa perubahan yang revolusioner dalam diri seseorang tidaklah terjadi secara tiba-tiba dan mendadak, perlu ada proses yang dalam. Beberapa tahun lalu saya sudah sempat menuliskan kekhawatiran saya terkait cengkeraman Si Kuning terhadap anda. Si Kuning yang notabene adalah bandar politik, dimana mereka selalu hidup dalam keadaan menjadi benalu politik dan tidak pernah menjadi oposisi, berusaha mencengkeram anda ketika salah satu kader utama mereka menjadi tangan kanan anda, dan akhirnya sekarang terbukti bahwa Si Kuning berhasil mencengkeram anda, dan bahkan mereka menjadi pelopor utama isu 3 periode, isu perpanjangan masa jabatan, isu penundaan pemilu dan isu Dinasti di Mahkamah Konstitusi.

Dinasti memang tidak bisa hidup di era demokrasi, karena pemimpin di pilih langsung oleh rakyat. Tetapi ketika demokrasi diisi dengan politik ketakutan, politik penjara dan politik elektabilitas, maka demokrasi itu hanya akan menghasilkan sampah. Sampah kotor dan bau yang sekuat apapun anda menyimpannya pasti akan tercium pula bau busuknya.

Jika melihat track record bandar politik di belakang anda, seharusnya anda mengerti dan paham jika apa yang anda lakukan sekarang bisa saja berbalik kepada anda di masa depan, bandar politik mampu melakukan apapun, tidak ada kata kekeluargaan dalam prinsip bandar politik, yang ada hanya “kalau ku bantu aku dapat apa?”. Anda bukan ketua partai politik, walaupun secara politik anda memang “sekuat” ketua partai politik, tapi anda kuat hanya karena sekarang anda masih berkuasa, lalu nanti ketika anda sudah purna bukankah anda bisa dibuang begitu saja oleh mereka? Atau karena alasan itulah Mas Wali yang belum matang anda karbit agar bisa segera matang secara politik, dan diharapkan dia akan bisa menjadi proxy anda setelah anda purna?

Ternyata benar apa yang dikatakan Cak Nun dan Rocky Gerung selama ini, saya menyesal kenapa tidak dari dulu saya percaya sama mereka.

Hukum bukanlah sebuah mainan, dan konstitusi tidak selayaknya dipermainkan, konstitusi dibuat agar keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bisa segera tercapai. Jika hukum dilecehkan dan konstitusi dipermainkan sebegitu terang-terangan, maka rakyat yang hakekatnya adalah pemilik tunggal bangsa dan negara ini harus bergerak demi keutuhan Indonesia.

MERDEKA!!!

MERDEKA!!!

MERDEKA!!!