Politik

(Bukan Sapi), PKS Tegang dengan Partai Gelora Gara-Gara Ikan.

DHEKO 2 years ago 1.4k

Dan kolam.

**

Urusan sapi dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), tidak perlulah untuk dipanjang-panjangkan di tulisan ini. Keburu 600 kata. Gugling saja!

**

Itu partai, tukang mancing, atau kucing??.....

**

Partai bapak-anak atau partai kakak-adik itu, PKS dan Partai Gelombang Rakyat (Gelora), sedang agak memanas. Sedang ada gesekan. Lagi pelotot-pelototan.

Bermula dari pernyataan Ketua Majelis Syura PKS, Salim Segaf al-Jufri, saat [wawancara dengan CNNIndonesia TV](https://youtu.be/kG3qSCKBcLk pada Selasa, 25/1/2022, lalu). Mantan calon wapres hasil Ijtima Ulama itu menjawab pertanyaan terkait keberadaan partai-partai politik baru. Habib Salim Segaf al-Jufri menganggap bahwa partai baru bukan ancaman bagi PKS, termasuk partai Ummat dan Partai Gelora. Saat itu beliau mengatakan bahwa hendaknya partai-partai baru tersebut berlomba-,lomba dan mencari segmennya sendiri-sendiri.

"Yang tidak kita inginkan adalah, jangan dalam satu kolam semuanya cari ikan di situ. Ini ikannya juga bingung, siapa lagi yang mancing di sini," kata Pak Salim memberi analogi.

Nah, analogi inilah yang dipermasalahkan oleh Partai Gelora, salah satu partai baru yang juga disinggung dalam wawancara tersebut. Anis Matta, mantan Presiden PKS dan salah satu pembesut Partai Gelora, merespons Salim Segaf Al-Jufri. Anis mempertanyakan soal istilah kolam dalam pernyataan Pak Salim.

"Apa maksudnya dengan kolam? Dia perlu menjelaskan itu lebih detail dan tegas," kata Anis Matta saat berbincang dengan detikcom, Rabu (26/1/2022).

Dalam kesempatan yang sama, tapi Anis setuju bahwa Gelora bukanlah ancaman bagi PKS, karena faktanya memang kader PKS yang gabung ke partai Gelora tidak sampai 5 persen.

Pembesut Partai Gelora lainnya, Fahri Hamzah, juga menunjukkan ketidakterimaannya dengan apa yang disampaikan Salim Segaf Al-Jufri. Fahri menyorot soal diksi "ikan".

Fahri tak terima ketika dalam alam demokrasi, analogi yang disampaikan Pak Salim adalah masyarakat layaknya ikan dalam pemancingan,

"Fatal sekali menganggap rakyat hanya sebagai objek," kata Fahri dikutip dari CNN Indonesia.

Ah….

Nah, gitu dong, ribut!

Fahri jelas saja boleh geram dengan sang mantan terindahnya tersebut. Sebagai seseorang yang ikut membidani dari awal saat partai lahir hingga menjadi wakil ketua DPR-RI mewakili partai tersebut, Fahri pantas heran melihat sikap PKS yang sedemikian itu.

Kita juga.

Mengharap mencari segmentasinya sendiri tentu itu bisa dibahasakan lain dengan "Jangan memasuki segmen ku," begitu kata PKS. Pernyataan seperti itu, bagi partai seberpengalaman PKS, tentu sangat aneh. PKS terkesan insecure dengan partai Gelora, was-was dengan kehadiran partai yang senafas dengannya, sesuatu yang semestinya tidak perlu disampaikan oleh PKS.

Seharusnya PKS dengan penuh kepercayaan diri menerima partai apapun yang ingin bersaing dengannya, di kolam yang sama maupun yang berbeda, kemudian mengajaknya berlomba dengan cara-cara yang baik.

PKS juga tidak perlu klaim-klaim segmentasi. Karena PKS sendiri juga terlihat berupaya untuk keluar dari segmen kulturalnya selama ini, berusaha untuk memperluas daya jelajahnya, yang itu artinya juga akan memasuki segmen suara partai-partai lainnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan keputusan PKS untuk mengangkat anggota dewan pakar dari kalangan non-Muslim, Evalina Heryanti, sementara seperti diketahui PKS adalah partai Islam.

Terkait diksi "ikan", ini sebenarnya menunjukkan suasana kebatinan dalam PKS. Betul, bukankah selama ini PKS dikenal dengan soliditas dan loyalitas kader dan simpatisannya? PKS dikenal sebagai partai dengan budaya "*sendiko dawuh"" level bintang lima. Kalau tidak nurut dan berusaha berbeda, ya lihat saja nasib Fahri Hamzah-Anis Matta dkk, atau Fathan Sembiring (?)!

"Ikan" yang disampaikan PKS, juga menunjukkan bahwa rakyat pemilik suara hanya sebatas objek. Mereka dianggap hanya sekelompok masyarakat yang harus dan hanya dipengaruhi hingga sebatas menjadi follower saja.

Padahal tentu saja tidak begitu prinsip dalam demokrasi. Dalam ide demokrasi, rakyat adalah pemilik kedaulatan. Dia diberi kekuasaan memutuskan berbagai pilihan yang ditawarkan oleh partai politik. Rakyat yang membuat keputusan, sementara partai politik diberi tanggung jawab untuk memperjuangkan keputusan rakyat tersebut. Rakyatlah subjeknya!

Tapi tidaklah mengherankan bila analogi kolam dan ikan ini keluar dari PKS. Kan mereka dulu juga pernah menjanjikan SIM seumur hidup dan bebas pajak kendaraan??? Jadi tak perlu terlalu terheran-heran!

Tapi yang penting, semakin dekat ke tahun politik, "ribut" memang diperlukan. Biar rame, untuk bahan edukasi ke pemilik suara. Berebut "ikan" ya wajar-wajar saja.

Sebab kalau tidak, ya malu sama kucing. Meong, meong, meong….