Politik

Bahlil dan Sebutan Raja Jawa yang Mengarah pada Jokowi.

Widodo SP 9 days ago 40.0

Raja Jawa. Istilah ini mulai ramai menghiasi pemberitaan dan obrolan politik di Indonesia setelah dipakai oleh Ketum Golkar, Bahlil Lahadalia, dalam Munas Golkar yang diadakan pertengahan Agustus 2024 lalu. Dalam pidatonya, Bahlil yang baru seumur jagung menjadi ketua umum partai klasik berlambang pohon beringin itu menyebut agar jangan main-main dengan Raja Jawa kalau tidak ingin mengalami celaka. What???

Penyebut Raja Jawa meskipun tidak secara eksplisit menyebutkan nama Mul, eh maksudnya Jokowi, tapi semua orang rasanya paham bahwa yang sebutan tadi mengarah pada Presiden RI tersebut. Entah mengapa Bahlil sampai nekat memilih dan menggunakan istilah itu, karena bisa memantik sentimen SARA karena menyinggung suku Jawa.


Memang di Jawa, khuusnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ada seorang raja beneran, yang dianggap masih sangat berpengaruh dan dihormati oleh warga DIY, tetapi tentu bukan Sri Sultan HB XI yang dimaksudkan oleh Bahlil, karena nggak ada urusan antara beliau dengan partai Golkar.

Ada juga raja di Solo, tapi rasanya bukan "raja beneran" itu yang dimaksudkan oleh Bahlil, tetapi sekali lagi ... maksud Bahlil adalah raja, eh presiden Jokowi. Soal alasan kenapa dia berpesan agar para elit dan kader Golkar jangan berani main-main sama Raja Jawa tadi, dugaan terkuatnya adalah karena memang Bahlil takut sama Jokowi dengan alasan yang mungkin hanya diketahui oleh Bahlil dan Jokowi.

Akan tetapi, sebagai ketua umum partai yang bisa dibilang legenda di Indonesia itu, memang Bahlil agak keterlaluan sih. Kalaupun dia bermaksud bercanda, rasanya ucapan dia tidak terdengar seperti orang yang ingin mengajak guyonan, karena memang nggak lucu sama sekali!


Akan tetapi, sebutan Raja Jawa itu memang tidak pas jika diarahkan untuk Jokowi, Prabowo, atau siapa pun yang memimpin negeri ini nantinya. Sosok RI-1 adalah raja untuk seluruh negeri, seandainya analogi Bahlil mau kita terapkan dengan benar.

Nah, sbagai orang yang lahir, besar, dan menua di pulau Jawa, saya menolak untuk mengakui bahwa Jokowi disamakan seperti sosok raja. Silakan baca ulasan soal raja yang saya sertakan pada akhir tulisan ini, yang mungkin bisa membuat Anda memahami mengapa saya menolak sebutan itu, karena Jokowi tidak memenuhi empat syarat minimal seorang raja sejati yang saya ulas di sana.

Sebutan Bahlil lebih terdengar seperti orang yang menyanjung secara berlebihan, dimana sanjungan model begitu biasanya mùncul dari orang yang takut diapa-apain, menjilat karena ingin memperoleh sesuatu, atau ingin berterima kasih karena diberi sesuatu yang sangat berarti. Bagaimana menurut Anda?

Begitulah kura-kura....


https://seword.com/politik/sebelum-memilih-rajamu-di-pilkada-2024-cermati-oPUYVTM1p0