Prabowo Subianto bukanlah nama baru di ajang Pemilu Indonesia, beliau sudah pernah 4 kali menjadi kontestan, 1 kali sebagai Cawapres dan 3 kali sebagai Capres. Tapi sayang dari ketiga kali nyapres, Prabowo selalu kalah. Sehingga bisa dipastikan, yang paling berambisi menang, tentulah Prabowo Subianto. Pertaruhannya terlalu besar. Coba hitung dari biaya yang sudah digelontorkan dari mulai pertama beliau mencalonkan diri, tentulah paling banyak dibanding kontestan lain. Belum lagi pertaruhan harga diri beliau yang sudah berkali-kali kalah, juga berbeda dengan kontestan lain yang baru perdana.
Berdasarkan faktor itulah saya membuat analisa bahwa Prabowo Subianto (akhirnya) akan menang Pemilu dalam 2 putaran. Kenapa tidak 1 putaran? Mungkin saja, tapi jika lebih dari 2 paslon dan tanpa incumbent (mohon maaf, anak incumbent belum ada data nya karena baru pertama kali, hahaha...), maka akan sangat sulit memperoleh suara 50%+1 yang menjadi persyaratan KPU.
Waduh, kalau cuma dari nafsu semata, mana bisa? Jangan salah, Prabowo sudah belajar dari pengalaman. Beliau tahu bagaimana memutar strategi untuk bisa mencapai kemenangan. Terlihat dari manuvernya menarik Gibran ke posisi Cawapres. Banyak orang mengatakan itu langkah yang salah, menurut saya belum tentu. Selalu ada dua sisi dari mata uang. Betul dibandingkan Cawapres lain, Gibran yang paling muda, paling tidak berpengalaman, paling tidak punya logistik, paling tidak punya pengikut, paling songong mukanya #Eh… Itu semua tidak penting. Yang penting sosok di balik itu. Ada Presiden RI yang masih berkuasa, dan sudah mengatakan akan cawe cawe di Pemilu kali ini. DUARRR...!
Apa benar sedemikian ‘sakti’ nya Gibran di posisi Cawapres? Disinilah kemampuan militer memecah kekuatan lawan Prabowo dimainkan. Keluarga Jokowi satu persatu mulai dipreteli. Mulai dari Anwar Usman yang diberhentikan dari posisi Ketua MK, Bobby Nasution dan Gibran dikeluarkan dari PDIP, dan kini Jokowi sudah renggang hubungannya dengan PDIP. Secara langsung ini pasti berpengaruh ke suara loyalis Jokowi dan loyalis PDIP yang tadinya akan memilih Ganjar. Bagaimanapun, selama 2 periode pemerintahan Jokowi Presiden melahirkan banyak pengikut yang akan tetap setiap padanya. Dan mereka melihat Gibran sebagai penerus Jokowi, sedangkan Ganjar Pranowo belakangan kini malah terkesan berseberangan dengan Jokowi.
Suara loyalis Jokowi dan PDIP inilah yang diincar oleh Prabowo. Perkiraan jika separuhnya saja berhasil digaet, dapat sekitar 20%. Sedangkan Prabowo memiliki pemilih setia sekitar 20%. Dari situ jika Prabowo maju ke putaran kedua, maka suara pemilih Anies diperkirakan banyak yang akan berpindah ke Prabowo, maka peluang Prabowo menang di Pemilu dalam 2 putaran cukup besar.
Begitulah analisa saya untuk saat ini. Mungkin akan terjadi atau tidak. Jika kubu Ganjar dan Anies ingin menang, banyak PR yang harus dikerjakan.
Foto artikel ini sengaja saya pilih wajah Prabowo saja tanpa Cawapresnya. Karena jika sampai Prabowo menang, itu saya yakini semata-mata berasal dari kemampuan Prabowo dan tim dalam berstrategi dan memanfaatkan situasi. Bukan karena Gibran, atau bahkan Jokowi.
Better to have an enemy who slaps you in the face, than a friend who stabs you in the back