Politik

Alot Benar Menuju Koalisi NasDem, Demokrat, dan PKS?.

DHEKO 2 years ago 1.2k

Berbeda dengan Gerindra-PKB dan Golkar-PPP-PAN yang sedemikian mudahnya membentuk kerjasama, Partai NasDem, PKS, dan Partai Demokrat tak kunjung menunjukkan kekompakannya. Memang, katanya sudah 80 persen menuju sepakat, tapi bila ternyata sisa peluang yang 20 persen tadi ternyata adalah mencakup hal-hal yang krusial, artinya kemungkinan gagal untuk terbentuknya koalisi masih sangat terbuka.

Dan begitulah agaknya. Ada hal-hal penting yang nampaknya masih alot untuk kemudian menemukan kata sepakat.

Sepintas, permasalahan agaknya bukan di nama calon presiden. Toh nama Anies Baswedan sudah relatif diterima oleh ketiga partai politik itu.

Di PKS, Anies adalah pujaan.

Di Partai Demokrat bahkan ada kadernya menyatakan bahwa ada upaya penjegalan terhadap pencapresan Anies. Pernyataan itu sekaligus menunjukkan bahwa telah terjadi penerimaan terhadap Anies, dibanding jika harus saklek mendukung AHY.

Sementara di Partai NasDem, diketahui bahwa Anies masuk dalam salah satu dari tiga nama yang masuk rekomendasi.

Nah, lalu apa yang membuat ketiganya belum juga mengumumkan kesepakatannya? Kenapa masih terlihat alot?

Yang pertama, tentu saja menyangkut siapa nanti yang akan menjadi pendamping Anies?

NasDem masih gelap soal itu.

Untuk PKS, dengan pertimbangan untuk memperkuat perolehan suara di Jawa, Khofifah Indar Parawansa masuk radar. Alternatif lainnya adalah AHY.

Nah, untuk AHY ini, jelas itu menjadi usaha utama dari Partai Demokrat. Setelah tidak laku di calon RI-2, menjadi wakil tentu menjadi harapan terbesarnya.

Kedua, adalah terkait dengan masih mungkinnya bagi setiap partai politik itu untuk berubah haluan.

Pasca bertemu Puan, NasDem wajar bila mempertimbangkan kubu yang lebih kuat. Itulah PDIP.

Pun dengan PKS, sudah berpengalaman join dengan Partai Gerindra jelas menjadi alternatif lain jika kemudian jalan menuju koalisi dengan NasDem dan Demokrat terasa lebih berat. Wajar bila nanti PKS memilih yang pasti-pasti saja.

Ketiga, bisa saja terkait kengototan Demokrat untuk menyodorkan AHY sebagai pendamping Anies.

Yang jelas, hal tersebut bisa mendatangkan kecemburuan. Masa iya hanya Partai Demokrat yang punya kader di pucuk pimpinan negara? Sementara PKS dan Partai NasDem yang perolehan suaranya lebih besar seperti hanya pelengkap saja?

Selain itu tentu ketiganya sedang mempertimbangkan terkait ceruk suara yang harus mereka maksimalkan. Pasangan Anies-AHY jelas tidak akan membuat perolehan mereka ke mana-mana. Pendukung dan calon pemilihnya masih dari kolam yang sama, yaitu mereka para pembenci dan yang bukan pemilih Pak Jokowi dulu.

**

Akhirnya ketiga pihak tersebut memang harus memperpanjang waktu komunikasinya. Begitulah resikonya bila ngotot mengusung nama yang punya peluang resistensi cukup besar.