Politik

AHY Lebih Milih Prihatin Soal Enembe, Gak Prihatin Dengan Warga Papua Yang Dirugikan?.

Xhardy a year ago 868.0

Demokrat tampaknya masih belum introspeksi atas semua perbuatan mereka selama ini.

Baru-baru ini dua kadernya ditangkap. Yang satu ditangkap karena masalah narkoba. Yang satu lagi karena masalah korupsi. Dua-duanya berinisial LE.

LE, Lucky Effendi dan Lukas Enembe. Apakah ini kebetulan atau kode dari langit?

Lukas Enembe sudah cukup banyak bikin masalah, bikin gaduh dan merepotkan negara. Sudah jadi tersangka, tapi masih bisa nego dengan KPK seolah sedang tawar-menawar beli baju lebaran. Dia pikir KPK itu penjual ikan di pasar, bisa diajak nego harga.

Drama memuakkan ini sudah merugikan banyak pihak. Lukas Enembe bersalah, tapi tidak mau ditahan. Dipanggil KPK, dia mangkir dengan alasan punya riwayat penyakit yang tiba-tiba saja entah datang dari mana. Ini jurus yang sering digunakan mereka yang merasa mau ditangkap. Mendadak sakit, lemas, letih, lesu, tak berdaya, naik kursi roda, terbaring di ranjang, pingsan, kepala benjol seperti bakpao dan banyakkkkk lagi.

Bahkan kediaman Lukas Enembe dijaga oleh pendukungnya sehingga KPK tidak berkutik. Bayangkan, seorang tersangka bisa bertingkah seperti raja. KPK dianggap sebagai budak yang bisa diatur seenaknya.

Hingga akhirnya, kalau kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat pasti bakal jatuh, Lukas Enember ditangkap KPK.

Lalu AHY malah bikin blunder memalukan.

AHY mulai menggunakan jurus warisan bapaknya sendiri. Dia prihatin atas penangkapan Lukas Enembe, karena Enembe disebut sedang sakit-sakitan. Dia prihatin dan memberikan doa serta support buat Lukas Enembe.

Kalau cuma prihatin aja buat apa sih?

AHY prihatin dan peduli dengan kesehatan Lukas. Tapi pernah gak dia berpikir, sebelum kena masalah, Lukas terlihat baik-baik saja?

Tim medis juga menyatakan Lukas Enembe sehat sehingga bisa menjalani proses hukum. Buktinya, Sebelum Lukas Enembe ditahan, dia bisa meresmikan kantor Gubernur Papua senilai Rp 400 miliar. Saat mau diperiksa KPK, ngakunya sakit.

Saat ditangkap, Lukas sedang makan siang di restoran. Bayangkan, Sakit tapi bisa makan di restoran. Logika macam apa ini?

Pertanyaan paling penting adalah, kenapa AHY tidak prihatin dengan kelakuan Lukas Enembe yang tidak kooperatif terhadap panggilan KPK? Gara-gara dia bandel, Papua bergejolak dan rusuh.

Kenapa AHY tidak prihatin dengan kelakuan Lukas yang mengerahkan massa untuk melindunginya dari tangkapan KPK?

Kenapa AHY tidak prihatin dengan pendukung Lukas yang brutal dan arogan, yang bikin rusuh di bandara?

Kenapa AHY tidak prihatin dengan uang rakyat yang dikorupsi?

Kenapa AHY tidak prihatin dengan aktivitas dan ekonomi warga yang terganggu karena ulah Lukas?

Kenapa AHY tidak prihatin dengan banyaknya kader yang terkena kasus korupsi?

Saya sungguh heran, AHY sebenarnya pernah ngaca gak sih?

Saya rasa jawabannya adalah tidak.

Saat ditangkap, keluarga Lukas Enembe masih bisa bikin sensasi. Mereka protes kenapa Lukas tidak dibawa ke Jakarta dengan maskapai Garuda Indonesia.

Lukas Enembe diterbangkan dari Papua ke Jakarta dengan maskapai Trigana Air serta dikawal Komandan Satuan Brimob dan Irwasda Polda Papua.

Sungguh parah. Keluarganya anggap itu adalah tindakan kejahatan setelah Lukas mengabdi selama 20 tahun di pemerintahan. Jadi, menerima suap dan merugikan warga Papua, itu bukan termasuk kejahatan? Sungguh logika yang kacau balau. Terjerat masalah masih bisa menuntut yang aneh-aneh. Sudah syukur dibawa masuk ke dalam pesawat daripada disuruh naik onta atau naik perahu.

Dengan segudang bacotan dan nyusahin banyak orang, Lukas Enembe adalah orang yang haru dihukum seberat-beratnya. Sayangnya UU Perampasan Aset belum ada saat ini.

Dan itu pun AHY bisa-bisa prihatin dengan kesehatan Lukas Enembe. Sama sekali tidak bersimpati kepada warga Papua yang sudah disusahkan oleh ulah Lukas dan pendukungnya.

Gak bapak gak anak, dua-duanya sama saja. Sama-sama tidak bermutu, hanya bisa prihatin dan curhat.

Jadi sudah selayaknya partai Demokrat ditenggelamkan. Banyak kader yang bermasalah. Banyak yang kelakuannya kurang ajar. Ketua umum juga bicara ngawur tanpa nurani. Model begini masih berani bermimpi jadi wakil presiden. Hanya orang tak tahu malu yang berani seperti itu.

Jadi bagi yang waras, sudah saatnya partai tidak bermutu disingkirkan dari dunia politik. Saatnya Demokrat nyungsep dan menjadi partai gurem yang tidak dipedulikan orang lain.

Bagaimana menurut Anda?