Luar Negeri

Zelensky, Si Anak Binaan “Uncle Sam”.

T.A Nugroho 2 years ago 1.1k

Presiden Ukraina yang bernama lengkap Volodymyr Oleksandrovych Zelensky, pria kelahiran Kiev 25 Januari 1978 dari pasangan Yahudi Ukraina Oleksandr Zelensky dan Rymma Zelenska. Dia menjabat sebagai Presiden Ukraina sejak tahun 2019 setelah memenangkan pemilu melawan petahana Petro Poroshenko yang pada waktu itu kalah populer dari Zelensky dengan partai barunya yang bernama Servant Of People.

Sebelum menjadi seorang presiden, Zelensky merupakan seorang aktor komedi di Ukraina. Karir politiknya berawal ketika pada bulan Maret 2018 dia membuat partai politik bernama Servant Of People, dan kemudian pada Desember 2018 dia maju sebagai calon presiden pada pemilu Ukraina. Lawannya adalah seorang petahana pro Rusia bernama Petro Poroshenko.

Nama Servant Of People sendiri yang dipakai oleh Zelensky sebagai nama partai politiknya tersebut diambil dari sebuah serial televisi yang populer di Ukraina berjudul “Servant Of People”, dimana Zelensky sendiri menjadi bintang dalam serial tersebut yang berperan sebagai seorang guru sekolah yang pada akhirnya kemudian menjadi seorang presiden.

Karena faktor kepopulerannya tersebut itulah yang kemudian membawa Zelensky dapat duduk di tampuk pimpinan tertinggi Ukraina, menjadi seorang Presiden Ukraina dengan pengalaman karir politik yang sangat minim sekali.

Apa yang terjadi pada Zelensky di Ukraina, yang pada awalnya adalah seorang aktor, kemudian tiba-tiba dalam waktu yang sangat singkat bisa menjadi seorang presiden tentu sangat menarik untuk di telaah lebih dalam. Karena bagi saya pribadi, di dunia ini tidak ada yang kebetulan.

Zelensky pernah mengakui bahwa dirinya bukanlah seorang yang taat tentang masalah keyakinan, akan tetapi menurut Times Of Israel dia beberapa kali sempat merujuk terkait identitas Yahudinya, dan bahkan secara terbuka menyatakan solidaritasnya terhadap Israel.

Bukankah hal tersebut tidak masuk di akal sehat, di lain sisi dia berkoar-koar kesana kemari meminta bantuan Amerika, Uni Eropa dan NATO terkait pergerakan Rusia di Ukraina, sementara di sisi lain dia mendukung kelakuan biadab Israel yang secara terang-terangan selama kurang lebih 70 tahun melakukan kekerasan, kekejaman, pengusiran terhadap rakyat Palestina, dan bahkan Israel melakukan aneksasi terhadap wilayah Palestina, bukankah itu bentuk sesungguhnya dan nyata dari apa yang dinamakan dengan penjajahan?

Sama seperti apa yang dilakukan oleh Amerika terhadap negara-negara di Timur-Tengah, dengan alasan “bom nuklir”, Amerika dengan serta merta melakukan invasi terhadap negara-negara Timur-Tengah, bahkan yang paling kejam adalah Amerika telah menstigmatisasi Islam dengan berbagai stigma yang sangat tidak pantas. Dan pada akhirnya setelah para penguasa di Timur-Tengah tumbang satu persatu, maka sumber daya yang ada di negara-negara Timur-Tengah tersebut dikeruk habis-habisan.

Putin tentu tak mau negaranya di obrak-abrik oleh Amerika melalui tangan Zelensky seperti apa yang telah dilakukan oleh Amerika terhadap Palestina melalui tangan Israel. Maka dari itu, sejatinya Putin sedang menjaga kedaulatan dan nyawa rakyat Rusia dari ancaman Barat dan Uni Eropa yang nyata, bahkan bisa dikatakan Putin juga sedang berusaha menyelamatkan rakyat Ukraina dari cengkeraman dan bahaya akibat perbuatan dan kelakuan presidennya sendiri, yaitu Zelensky.

Menurut laporan berbagai sumber, tentara Rusia hanya menyerang pos-pos militer dan beberapa obyek vital pemerintah yang dimiliki oleh Ukraina, laporan-laporan tersebut juga menuliskan bahwa tentara-tentara Rusia tidak menyerang rakyat Ukraina, bahkan ada laporan yang mengatakan jika tentara Ukraina yang sudah menyerah ataupun tertangkap diperlakukan secara manusiawi.

Apa yang dilakukan oleh Vladimir Putin persis seperti sebuah pepatah yang berbunyi ”Pertahanan terbaik adalah dengan menyerang.”

Amerika dengan segala kecanggihan tekhnologi yang dimilikinya, yang membuatnya menjadi first world country, tetap saja hanyalah sebuah negara yang minim sumber daya alam. Amerika boleh-boleh saja menjatuhkan sanksi kepada Rusia, tapi toh pada dasarnya Amerika tak akan bisa bertahan lama jika pasokan energi dari Rusia ke Amerika dan Uni Eropa dihentikan oleh Putin sebagai balasan atas sanksi yang telah dijatuhkan kepadanya. Dan di sisi lain, Rusia masih bisa menjual energinya ke China dan ke negara-negara yang pro terhadap Rusia.

Jika hal tersebut terus terjadi, dan Putin benar-benar menghentikan pasokan energi ke Amerika dan Uni Eropa, maka Amerika dan Uni Eropa tak akan lagi menjadi negara dengan kelas first world country, mereka seketika akan turun kelas menjadi second world country. Hegemoni Barat dan Eropa akan luntuh lantak jika mereka tidak mendapat suplai energi yang mencukupi, tekhnologi-tekhnologi mutakhir yang mereka miliki tak akan bisa bekerja karena minimnya energi yang mereka miliki, setali tiga uang dengan situasi tersebut maka kondisi sosial politik di dalam negeri Amerika dan Uni Eropa akan sangat rapuh, dimana ancaman terbesar dari rapuhnya sosial politik di dalam negeri sebuah negara adalah kehancuran total, atau hilangnya nama Amerika dan Uni Eropa dari peta dunia.