Luar Negeri

Putin Bergerak, Zelensky Bernyanyi.

T.A Nugroho 2 years ago 1.1k

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Paragraf di atas merupakan paragraf pertama dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Jika dilihat dari paragraf tersebut maka setidaknya kita akan sedikit mengetahui dimana posisi Indonesia dalam pertikaian antara Rusia vs Ukraina.

Banyak perdebatan dan pertentangan, baik di dunia nyata maupun di dunia maya terkait apakah yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina tersebut merupakan sebuah bentuk invasi ataukah sebenarnya Rusia sedang berusaha menjaga agar kedaulatan bangsa dan negaranya tetap utuh dari ancaman pihak luar.

Kita semua tahu bahwa kisruh dua negara bekas pecahan Uni Soviet tersebut telah mulai memanas semenjak tahun 2008 ketika dengan tegas Vladimir Putin mengingatkan bahwa Amerika dan Uni Eropa jangan pernah mencoba untuk membujuk atau bahkan menarik Ukraina ke dalam aliansi NATO, begitupun sebaliknya Pemerintah Ukraina juga diperingatkan agar jangan pernah mencoba untuk bergabung ke dalam aliansi NATO tersebut.

Tentu Vladimir Putin tak akan sembarangan dalam mengeluarkan sebuah perkataan dan pernyataan terkait hal sepenting itu, selain dia adalah seorang pemimpin Rusia, dia juga merupakan seorang mantan agen papan atas KGB di era Uni Soviet, tentu segala macam pertimbangan sudah dia pikirkan, telaah mendalam dan bahkan sudah dia simulasikan terlebih dahulu.

Bukan bermaksud untuk mendewa-dewakan seorang Vladimir Putin dalam hal ini, akan tetapi jika kita mau menelaah secara mendalam maka kita akan menjadi paham kenapa Vladimir Putin sampai sebegitu “nekad” nya mengirimkan pasukan dan armada tempurnya ke wilayah Ukraina, yang notabene Ukraina merupakan sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Tak lain dan tak bukan karena jika Ukraina sampai masuk dalam aliansi NATO, maka hal tersebut sama saja menaruh moncong meriam di depan pintu rumah yang bernama Rusia.

Jadi, apa yang dilakukan oleh Vladimir Putin secara hakikat dia sedang berusaha menjaga kedaulatan Rusia dari ancaman pihak luar. Dan memang seharusnya seperti itulah seorang pemimpin bertindak demi bangsa dan negaranya.

Tak akan ada asap jika tidak ada api. Ukraina dengan presidennya yang sekarang, Zelensky, cenderung berkiblat ke Amerika dan Uni Eropa. Bahkan beberapa hari yang lalu, dengan jelas kita melihat berbagai pidatonya yang meminta Amerika dan Uni Eropa melalui NATO agar mengirimkan pasukan dan armadanya ke Ukraina untuk membantu memerangi Rusia.

Tapi toh Amerika dan Uni Eropa yang notabene merupakan kelompok first world country ternyata tidak bodoh dan gegabah, mereka meninggalkan Pemerintahan Ukraina sendiri untuk menghadapi Rusia, karena mereka tahu dengan jelas bahwa jika mereka ikut campur secara terang-terangan membantu pemerintah Ukraina melawan Rusia, maka Vladimir Putin tidak akan segan-segan mengirimkan rudal-rudal nuklirnya ke wilayah Amerika dan Uni Eropa, dan tentu itu sangat berbahaya bagi nyawa para penduduk Amerika dan Uni Eropa.

Vladimir Putin bertindak atas dasar kedaulatan bangsa dan negaranya, sedangkan Amerika dan Uni Eropa bertindak lebih atas dasar sumber daya dan ekonomi, tentu destruktifitas dari dua sebab diatas akan sangat berbeda, karena kedaulatan bukanlah sebuah hal yang bisa di negoisasikan.

Perang hanya akan selalu membawa kesedihan, kebencian dan permusuhan. Tetapi ada sebuah kalimat bijak yang mengatakan bahwa ”jika kamu ingin kedamaian, maka selalu siaplah untuk berperang.” Kalimat seperti itu sepertinya kontradiktif, tetapi secara hakikat ya seperti itulah kenyataannya, karena peperangan dan perdamaian hanyalah tentang waktu dan kepentingan.

Sejarah dunia tak pernah lepas dari sebuah peperangan, karena setiap pihak atau bahkan setiap negara memiliki kepentingannya masing-masing, dan kadang kala kepentingan tersebut hanya akan bisa didapatkan melalui jalan peperangan. Keyakinan, Kedaulatan sebuah negara dan harga diri sebuah bangsa merupakan beberapa contoh sebab yang tidak bisa di negoisasikan, ketiganya akan menimbulkan peperangan dan pertumpahan darah jika sampai diganggu.

Amerika dan Uni Eropa ternyata tak segarang seperti mulut besarnya selama ini. Sekali Putin menggertak, toh mereka pada akhirnya mundur secara teratur dan meninggalkan Zelensky sendirian. Tak beda dengan Amerika dan Uni Eropa, Zelensky pun yang telah kalah semuanya dari Rusia masih bisa berbicara panjang lebar kesana kemari seakan dia masih sepadan dalam menghadapi Putin dan Rusia.

Semakin lama Zelensky menjabat sebagai presiden dan berada dalam keadaan mental yang seperti itu, maka semakin banyak pula nyawa tentara Ukraina yang akan dipertaruhkan di medan pertempuran. Rakyat Ukraina harus tegas terhadap Zelensky, apakah mereka rela jika bangsa dan negaranya digunakan oleh Zelensky untuk kepentingan pribadinya sendiri, atau bahkan untuk kepentingan Amerika dan Uni Eropa?